Belum lama ini ramai perbincangan tentang sebuah film yang mengangkat tema tentang poligami. Tema yang mungkin sedikit sensitif bagi sebagian orang. Semenjak penayangan perdananya di pertengahan Juli lalu, pesan yang ingin disampaikan oleh film yang diangkat dari novel laris ini akhirnya menuai pro dan kontra.
Di antara yang memberikan opini kontra terkait pesan dari tulisan Asma Nadia ini adalah Adi Supriadi atau dikenal dengan nama Haddad Assyarkhan. Selain menulis, beliau juga aktif sebagai Trainer dan Public Speaker. Dalam tulisannya yang dimuat dalam bersamaislam, Ahad (26/07/2015) beliau memberikan ‘kritik cinta’ untuk Asma Nadia. Berikut tulisnya:
Kritik Cinta Untuk Perlawanan Poligami Asma Nadia
Oleh: Haddad Assyarkhan
Kata-kata indah ini keluar dari bibirnya “Asma Nadia” melalui akun twitternya, sebuah kata-kata indah yang sesat menyesatkan.
“Jika cinta membuat seorang perempuan setia pada satu laki-laki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?”
Kata-kata indah ini bahasa halus dari Penolakan Terhadap Poligami yang dalam Al Qur’an dihalalkan Allah SWT. Seperti halnya kaum liberalis sekuler, bahasa menjebak itu sungguh indah tapi menyesatkan. Mau contoh:
“Sebelum kau menjilbabkan kepala, kau harus menjilbabkan hati dulu, agar jilbab tak ternodai dan karena iman itu datang dari hati bukan dari kepala.”
Sungguh indah kan kalimatnya, coba tilik sekilas benar nggak? Saya yakin anda menjawab benar, dimana benarnya? Iman itu memang dari hati bukan kepala, dan apabila hati berjilbab maka perilaku akan baik. Itulah logika kaum SEPILIS (Sekuler, Pluralis, Liberalis ), laknatullah ‘alaih.
Dampak buruknya, banyaklah remaja tidak mau menutup aurat hanya karena merasa belum mampu untuk menjilbabkan hatinya. “Ah, aku mah sekarang menjilbabkan hati dulu aja,” kekacauan Syariat terjadi, kekacuan Aqidah pun terjadi.
Coba buka Al Qur’an, ada nggak perintah Allah SWT untuk menjilbabkan hati dulu baru menjilbabkan kepala hingga dada? Jawabannya NGGAK ADA. La wong perintahnya juga menutup kepala hingga dada.
Ini yang saya katakan kesesatan berfikir kaum liberalis sekuler laknatullah ‘alaih. Dari kesesatan berfikir menjadi kesesatan Syariah dan Aqidah. Kufur kepada perintah Allah SWT.
Lalu, apa hubungannya dengan Asma Nadia sang Aktivis Dakwah dengan novel dan filmnya? Apakah Asma Nadia seorang Liberalis Sekuler? Saya tidak mengatakan itu.
Mari kita lihat, ungkapan Asma Nadia 17 Desember 2012 silam adalah bentuk perlawanannya terhadap poligami dimana lelaki yang berpoligami dianggap tak memiliki cinta dan tak memiliki kesetiaan. Seharusnya lelaki yang penuh cinta dan kasih sayang dan setia itu tidak menduakan istrinya dengan poligami. (COBA BACA SEMUA NOVEL ASMA NADIA, hampir yang temanya dengan 2 wanita pasti pesannnya mirip seperti ini).
Lalu, apakah Nabi SAW bukan pria yang penuh cinta dan kasih sayang? Lalu apakah Nabi SAW lelaki yang tidak setia? Toh Nabi punya istri lebih dari satu dengan jalan poligami. Okelah jangan pakai Nabi contohnya, terlalu tinggi. Apakah ulama-ulama salafush shalih yang istrinya lebih dari satu itu tidak penuh cinta dan tidak setia? Apakah Syeikh Abdul Qadir Zailani yang istrinya 4 dengan 44 anaknya adalah lelaki yang tidak setia.
Okelah ulama salaf ketinggian juga kalo jadi contoh. Kita tanyakan yang kontemporer aja. Apakah Aa Gym lelaki yang tidak setia? Apakah Arifin Ilham lelaki yang tidak ada rasa cinta? Lalu apakah ustadz-ustadz di gerakan Islam di Indonesia atau Partai Islam yang istrinya lebih dari satu tidak memiliki cinta dan kesetiaan?
Waw… cinta dan kesetiaan hanya milik wanita khususnya hanya Asma Nadia kalau begitu.
Asma Nadia lupa dengan ungkapan penyair Jerman “Goethe” yang berbunyi “Tak Selamanya Wanita Itu Setia dan Tak Selamanya Lelaki itu Menyeleweng”.
Sebagai counselor yang menangani banyak curhat dan permasalahan rumah tangga, justru saya menemukan banyak kasus wanita lebih mudah tergoda untuk berselingkuh ketimbang pria.
Harusnya pertanyaan Asma Nadia yang ini “Kenapa Cinta Tidak Bisa Membuat Lelaki Bertahan Dengan Satu Perempuan?” ditanyakan langsung kepada Nabi SAW biar puas mendapatkan jawabannya. Karena pertanyaan ini bentuk pertanyaan lain sebagai bentuk kekecewaan pada Tuhan yang bunyinya begini:
“Tuhan, Aku kok bisa setia dengan cinta yang ku miliki, tetapi mengapa dia yang memiliki cinta yang sama sepertiku tapi masih ingin mencintai wanita lain? Engkau tidak Adil Tuhan.. tidak adil.. Lebih baik aku tak merindukan Syurga-Mu daripada aku menderita karena cinta, mungkin Neraka-Mu lebih baik asal dia hanya mencintai aku saja.”
Astaghfirullah. Naudzubillahimindzalik.
Kesesatan berfikir yang menjerumuskan ummat dalam penyimpangan aqidah. Syetan itu terkadang lebih halus bahkan saking halusnya Anda berubah tanpa merasakan perubahan itu.
Sumber : muslimahzone.com
0 komentar:
Post a Comment